Lebaran selalu datang membawa rasa yang kompleks, mulai dari rasa haru karena Ramadan akan berakhir, rasa syukur karena bisa meraih kemenangan, dan semangat berbagi yang tumbuh dari hati yang terdalam. Di balik semua gegap gempita itu, ada satu amalan yang sering terlihat sepele, padahal dampaknya luar biasa besar, yakni menunaikan zakat fitrah.
Zakat fitrah bukan sekadar ibadah penutup Ramadan. Ia adalah bentuk nyata dari solidaritas sosial dalam ajaran Islam. Saat kita menyisihkan sebagian kecil harta untuk sesama, sejatinya kita sedang membangun pondasi kesejahteraan umat yang dimulai dari Hari Raya Idulfitri.
Zakat Fitrah: Kecil Nilainya, Besar Manfaatnya
Secara hukum, zakat fitrah wajib ditunaikan oleh setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Bahkan bayi yang baru lahir sebelum salat id pun harus dibayarkan zakatnya oleh wali. Jumlahnya setara 2,8 kg bahan pokok seperti beras, atau bisa diganti dengan uang sesuai harga pasaran.
Meskipun nilainya kecil jika dilihat per individu, coba bayangkan kalau semua umat Islam di Indonesia yang jumlahnya lebih dari 200 juta orang menunaikan zakat fitrah? Dampaknya bisa sangat besar untuk mengurangi beban saudara-saudara kita yang kurang mampu di hari raya.
Idulfitri: Kemenangan Untuk Semua
Tujuan utama dari zakat fitrah adalah menyucikan jiwa dan menyempurnakan ibadah puasa. Tapi lebih dari itu, ia juga berfungsi untuk membantu mereka yang membutuhkan agar tidak merasa kekurangan di hari Lebaran.
Kita ingin semua orang bisa merasakan kebahagiaan yang sama. Nggak cuma yang mampu, tapi juga yang selama ini hidup dalam keterbatasan bisa merasakan kebahagiaan yang sama. Zakat fitrah menjadi penyamarataan sukacita, agar tak ada yang merasa asing di tengah perayaan umat islam yang besar ini.
Membangun Rasa Kepedulian yang Nyata
Zakat fitrah bukan cuma sekadar “kewajiban tahunan”. Ia adalah latihan sosial. Ketika kita menyisihkan sebagian dari rezeki yang kita miliki, kita sedang melatih hati untuk peduli. Dan ketika kepedulian itu tumbuh bersama-sama dalam skala besar, maka terciptalah solidaritas dalam masyarakat.
Solidaritas inilah yang menjadi awal dari kesejahteraan sosial yang berkelanjutan. Dari memberi beras untuk Lebaran, sampai pada menciptakan program-program yang bisa memberdayakan ekonomi umat.
Dari Tradisi ke Transformasi
Di era sekarang, pengelolaan zakat fitrah sudah semakin canggih. Banyak lembaga zakat profesional menyalurkan zakat secara transparan dan terarah salah satunya Lazismu. Tak hanya dibagikan dalam bentuk sembako, tapi juga diolah untuk program jangka panjang seperti bantuan fasilitas kesehatan, bantuan pendidikan, hingga modal usaha untuk mereka yang membutuhkan.
Zakat fitrah tak lagi berhenti di tradisi, tapi berkembang jadi bagian dari transformasi sosial. Dari bantuan langsung, menjadi pemberdayaan yang berkelanjutan.
Menguatkan Ukhuwah Islamiyah
Dalam semangat zakat fitrah, kita diajarkan bahwa Islam bukan sekadar hubungan vertikal dengan Tuhan, tapi juga horizontal dengan sesama manusia. Ketika kita saling membantu dan memperhatikan, maka terbentuklah rasa persaudaraan yang kuat, ukhuwah islamiyah yang sejati.
Lebaran bukan hanya momen kemenangan spiritual, tapi juga ajang memperkuat koneksi sosial di masyarakat.
Karena Kesejahteraan Itu Milik Bersama
Zakat fitrah mengajarkan kita bahwa tak ada kesejahteraan yang sejati tanpa keadilan sosial. Ketika semua orang bisa makan enak, tersenyum lega, dan menikmati hari raya dengan damai, itulah kemenangan yang sesungguhnya.
Jadi, jangan ragu untuk menunaikan zakat fitrah. Lakukan dengan hati yang ikhlas, niat yang tulus, dan semangat untuk berbagi. Karena bisa jadi, zakat yang kita beri adalah satu-satunya alasan seseorang bisa tersenyum di pagi Lebaran.
Semoga bermanfaat ya, sobat Lazismu. barakallahu fiikum ^^
