Sobat Lazismu, Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam. Dalam kalender Hijriyah, Muharram tidak hanya menjadi penanda awal tahun baru umat Islam, tetapi juga momentum refleksi spiritual, sosial, dan kemanusiaan. Puncak kemuliaan bulan ini terletak pada tanggal 10 Muharram, yang dikenal sebagai Hari Asyura—sebuah hari bersejarah yang sarat akan nilai keteladanan dan kepedulian.
Makna Historis Asyura: Sebuah Pelajaran Kemanusiaan
Secara historis, Hari Asyura mengingatkan umat Islam pada peristiwa diselamatkannya Nabi Musa ‘alaihissalam dan Bani Israil dari penindasan Fir’aun. Peristiwa ini mencerminkan kemenangan kebenaran atas kezaliman, serta menunjukkan bagaimana pertolongan Allah senantiasa berpihak kepada mereka yang sabar dan tertindas.
Rasulullah SAW memperingati hari Asyura dengan berpuasa, seraya mengungkapkan dalam sebuah hadis:
“Hari ini adalah hari yang agung, di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya. Maka berpuasalah Nabi Musa sebagai bentuk syukur, dan aku lebih berhak terhadap Musa daripada mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari sini dapat disimpulkan bahwa Hari Asyura bukan hanya tentang ibadah individual semata, tetapi juga momentum untuk menumbuhkan kepedulian terhadap kaum lemah dan mereka yang tertindas—persis seperti yang dialami Nabi Musa dan pengikutnya.
Spirit Kepedulian dalam Tradisi Islam
Umat Islam diajarkan untuk memanfaatkan momentum bulan-bulan mulia dengan memperbanyak amal shalih, termasuk bersedekah dan membantu sesama. Para ulama menjelaskan bahwa sedekah di bulan Muharram, terutama pada Hari Asyura, merupakan bentuk syukur yang konkret.
Ketua PP Muhammadiyah bidang Tarjih dan Tajdid, Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA, menyatakan dalam satu kesempatan:
“Momentum-momentum seperti Muharram dan Asyura harus dijiwai oleh umat Islam sebagai sarana memperbaiki diri dan memperluas kemanfaatan sosial, bukan sekadar ritualitas. Inilah esensi dakwah Islam rahmatan lil ‘alamin.”
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa spiritualitas Islam tidak boleh lepas dari nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian sosial. Meneladani perjuangan Nabi Musa juga berarti berempati terhadap orang-orang yang hidup dalam ketertindasan kemiskinan, kelaparan, dan ketidakberdayaan.
Lazismu dan Gerakan Sosial di Bulan Muharram
Sebagai lembaga zakat nasional milik Muhammadiyah, Lazismu terus berikhtiar menjadikan bulan Muharram sebagai awal pergerakan sosial umat. Melalui program seperti Sedekah Muharram, bantuan untuk anak yatim, beasiswa Mentari, Beasiswa Sang Surya, layanan kesehatan, hingga Pemberdayaan, Lazismu mengajak masyarakat untuk menyalurkan kepedulian secara terstruktur dan tepat sasaran.
Gerakan berbagi ini sejalan dengan pandangan Ketua PP Muhammadiyah, Dr. H. Haedar Nashir, M.Si, yang dalam banyak kesempatan menekankan bahwa:
“Filantropi Islam harus menjadi instrumen strategis dalam membangun masyarakat yang berkeadaban. Lazismu harus hadir bukan hanya saat bencana, tetapi dalam keseharian umat, menjangkau mereka yang terlupakan.”
Muharram, Momentum Hijrah Sosial
Asyura adalah pengingat bahwa perjuangan kemanusiaan dan kepedulian tidak boleh terhenti. Saat kita berpuasa pada 10 Muharram, mari kita iringi dengan langkah konkret—berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Semangat hijrah bukan hanya meninggalkan keburukan, tetapi juga bertransformasi menjadi insan yang lebih peduli, lebih bermanfaat, dan lebih memberi.
Mari manfaatkan bulan yang mulia ini untuk menghidupkan kembali semangat kepedulian dan solidaritas sosial, demi mewujudkan masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan penuh rahmat.
Salurkan sedekah terbaik Anda melalui Lazismu Cilacap. Karena kepedulian Anda adalah harapan bagi mereka.
